BUAH JEMARI-Q

Jumat, 01 Maret 2013

Tentang Keluarnya Imam Mahdiy



Oleh: Syemsudin[1]
Hadis yang menjelaskan tentang munculnya Mahdiy sudah sampai pada tarap mutawwwatir maknawiy. Banyak ulamana yang telah meriwayatkan ke-mutawatir-an hadis ini.

Ibnu Qayyim Al-Jawziy menulis dalam kitab “Manar Al-Munif fi Saheh wa Dho`if”: “ Sudah mutawatir dan masyhur dari Rasulullah Saw menyebutkan adanya Mahdiy dan dia dari keluarga Rasul. Sifatnya di dunia nanti ( sabda Rasul) adalah memipin selama tujuh tahun,  menyebarluaskan keadilan di atas bumi, Nabi Isa keluar untuk membantunya, dia (Mahdiy) menjadi pemimpin ummat dan Nabi Isa berada di belakangnya ketika shalat”.
Imam Syaukaniy dalam kitab “ Al-Taudhih fi Tawaturi Ma Ja’a fi Al-Muntadhar”: “ Hadis-hadis tentang keluarnya Mahdiy  yang ada itu lebih dari limapuluh hadis. Hadis itu ada yang shaheh, hasan, dan dha`if yang bisa di amalkan. Maka, semua hadis itu terkategorikan sudah sampai tarap mutawattir.

Hadis Shaheh tentang Imam Mahdiy
Hadis dari Ibnu Mas`ud ra dari Rasulullah Saw bersabda: “ Jika hari sudah tidak tersisa kecuali sehari maka niscaya Allah akan memperpanjang hari itu sampai Allah mengutus seorang lelaki dariku (dari keluargaku) yang nama dan nama ayahnya  sama denganku, menyebarkan keadilan diatas bumi ketika bumi sudah tertutupi oleh kerusakan dan kekejian.”


Dari Abi Sa`id Al-Hudriy ra berkata, Rasulallah Saw bersabda: “ Mahdiy dariku (dari ahlu baitku), jidatnya sangat tampak, hidungnya mancung, menyebarluaskan (dan menerapkan) keadilan di atas bumi sebagaimana kekejian dan kejahatan sudah meutupi bumi, dan dia menguasai selama tujuh tahun.”

Dari semua hadis-hadis shaheh  di atas secara jelas menerangkan bahwa Mahdiy itu bernama Muhammad bin Abdullah, dan nasabnya bersambung hingga Hasan bukan ke Husain radhiyallahu `anhuma.

Maka dalam hadis di atas sebagai jawaban dan counter terhadap dakwaan Syi`ah Jakfariyyah yang mendakwa bahwa pemimpin mereka “Imam duabelas” sebagai Mahdiy yang di jelaskan oleh Rasuullah Saw. Karena imam yang mereka sangka sebagai Mahdiy bernama Muhammad bin Hasan Al-Askariy, keturunan Husain bin Ali ra bukan dari keturunan Hasan bin Ali. Sedangkan hadis yang telah disampaikan Rasulullah Saw tentang Mahdiy dia bernama Muhammad bin Abdullah dan nasabnya bersambung pada Hasan bukan kepada Husain bin Ali ra.

Dalam riwayat yang shaheh di atas, dan lebih dari satu ulama yang menjelaskan bahwa hadis Mahdiy itu mutawattir maknawiy. Ini sebagai jawaban untuk Usatadz Muhammad rasyid Ridha rh,  ulama kontemporer, yang telah menghukumi bahwa hadis Mahdiy itu dha`if bahkan itthirab. Dia menuduh kesalahan dan kebohogan atas hadis Mahdiy itu muncul dari Ka`ab Al-Ahbar. Dia berkata: “ Oleh karena itu (Ka`ab) banyak menimbulkan perbedaan atas nama Mahdiy, nasab, sifat, dan aktivitasnya. Dan Ka`ab Al-Ahbar memiliki peran penting dalam pen-talfiq-an hadis itu”.

Ditempat lain Ust. Muhammad Ridha,  jika Anda ingat , hadis-hadis tentang fitnah dan hari akhir itu umum sedangkan hadis tentang Mahdiy itu khusus. Dan hadis tentang Mahdiy ini hanya sebagai ajang penyebaran kepentingan hawa nafsu, bid`ah, dan sebagai tunggangan kelompok-kelompok tertentu. Dari semua itu Anda bisa meletakan di mana hadis itu sepantasnya, ungkapnya.

Sehingga terdapat tuduhan bahwa hadis tentang Imam Mahdiy itu dha`if dan kebohonagn yang ditimbulkan oleh perwainya yaitu Ka`ab dan Wahab yang banyak menukil dari Ahli Kitab.
JAWABAN ATAS SEMUA DAKWAAN Di ATAS
Ka`ab bin Al-Ahbar
Pertama, persangkaan M. Rasyid Ridha terhadap Ka`ab Al-Ahbar. Bahwa Ka`ab dan Wahab bin Munabbah sebagai peyebarkan kisah israiliyat dan mitos. Tuduhannya terhadap sahabat Rasul, tabi`in, dan terhadap para pemimpin ummat islam dengan ketidaktauan atas hakikat sesuatu ketika  M. Ridha berkomentar atas tafsir firman Allah Swt dalam QS. Al-A’araf ayat 145, dia berkata: adapaun kebanyakan riwayat itu di tinjau dari esensinya dan kedudukannya semuanya bersumber dari kisah israiliyat yang tidak sah. Semua itu sebagaimana yang telah disebarkan dibelahan orang-orang islam oleh semisal Ka`ab Al-Ahbar dan Wahab bin Munabbah. Sebagian  sahabat dan tabi`in  yang terbujuk dan tertipu oleh mereka berdua jika memang sah periwyatan dari mereka semua.

Dia juga berkata ketahuilah bahwa paling jelek dan terparahnya periwayatan israiliyat itu muncul dari dua laki-laki itu, yaitu Ka`ab dan Wahab. Dia juga menambahkan, jika saja Imam Ibnu Hajar bisa menyikapi desas-desus yang disusupkan oleh mereka berdua daan kesalahan ulama dalam penilaian akan jarh wa ta`dil mereka, maka penjelasannya atas masalah ini akan lebih dalam dan jelas karena banyak ulama yang telah tertipu oleh kedua orang itu.

Celaan ulama kontemporer ini (semoga Allah mengampuninya) terhadap Ka`ab bin Ahbar dan Wahab bin Munabbah terbantahkan oleh dirinya sendiri dengan apa yang dia katakana bahwa jumhur ulama telah menghukumi mereka berdua dengan adil dan tsiqqah. Dia juga mengakui bahwa Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan dari tokoh-tokoh sahabat laiinya semisal Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Zubair semuanya meriwayatkan dari Ka`ab dan Wahab. Dan periwatan mereka dari dua tokoh itu bukan sembarang ambil tanpa mengetahui keadaan dan posisi orang yang mereka ambil hadisnya. Mereka semua sahabat yang ketika meriwayatkan akan mencari posisis yang di ambil hadisnya itu tsiqqah, sehingga apa yang di riwayatkannya itu bisa  menimbulkan keyakinan.

Jika tidak demikian adanya, bagaiamana bisa para sahabat Rasul mengambil lmu dari tokoh yang pembohong dan pemalsu hadis Rasul Saw sebagaimana tuduhan mereka. Semua itu tak akan mungkin terjadi karena sahabat di kenal jeli dan sangat  berhati-hati dalam belajar dan mencari suatu hadis utuk di amalkan dan di riwayatkan.

Kemudian Imam Muslim, ulama yang terkenal sangat berhati-hati dan selektif dalam periwayatan hadis, juga menuliskan hadis-hadis tentang Mahdiy itu dalam “Shahih”nya. Begitu juga dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud, Turmuzi, dan Nasa’i. Ini sebagai bukti jelas bahwa Ka`ab bin Ahbar itu seorang yang tsiqqah dan tidak diragukan kedudukannya menurut seluruh ulama. Ini sudah sangat cukup jelas sebagai bukti dan saksi kedudukan Ka`ab. Ini pula, cukup sebagai jawaban atas tuduhan yang disasarkan terhadap Ka`ab bin Ahbar (sebagaimana di tuliskan oleh Dr. Zahabi dalam kitabnya “Tafsir wa Al-Mufassirun”)

Jumhur ulama juga menilai Ka`ab tsiqqah. Bukti nyatanya mereka tidak ada yang memasukannya di kategori hadis dha`if (lemah) dan matrukin (yang ditinggalkan). Dan tokoh ulama dalam bidang kritisi perawi dan hadis juga sepakat akan ke-tsiqqah­an Ka`ab bin Ahbar.

Wahab bin Munabbah
Sedangkan Wahab bin Munabbah. Banyak ulama yang telah meriwayatkan darinya, diantaranya adalah Imam Bukkhari, Imam Muslim, Imam Abu dawud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasa’i.

Pandangan ulama tentang Wahab bin Munabbah
Imam Zahabi dalam kitab “Mizan” berkata: “( Wahab bin Munabbah) tsiqqah, shadiq, banyak menukil dari kitab israiliyyat.

Imam `Ajliy berkata tentang Wahab bin Munabbah: tsiqqah dari tabi`in, Qhadi Yaman, Hanya di dhaif-kan oleh Falas, dan di-tsiqqah-kan oleh jama`ah.

Imam Abu Zur`ah, tokoh kritikor kelas kakap, dan Imam nasa’I mengatakan bahwa Wahab bin Munabbah itu tsiqqah. Ibnu Hibban juga memasukan Wahab bin Munabbah dalam kelompok perawi tsiqqat. Imam Bukhari juga mempercayai apa yang di riwayatkan Wahab dan menilainya tsiqqah dalam penyampaian sebuah riwayat.

Diatas tadi sebagian pendapat ulama tentang penilaian mereka atas dua tokoh hadis Ka`ab bin Ahbar dan Wahab bin Munabbah. Dan kebanyakan ulama besar dalam bidang hadis telah menilainya tsiqqah dan memasukan mereka dalam kelompok perawi yang tsiqqat.

Setelah pemaparan dan penilaian para tokoh hadis dan kritikor hadis , apakah pantas ada salah seorang yang kemudian menentang akan keahlian dan meragukan kejelian dalam metode mereka dalam menilai suatu perawi maupun hadis(?).

Namun, bbukan berarti semua apa yang diriwayatkan oleh dua ulama besar itu (ka`ab dan Wahab) benar dan terselamatkan dari dusta yang tidak disengaja. Bahkan ada periwayatan yang nisbatkan kepada mereka dan mengandung isi dusta dan menyimpang dari sari`at dan logika kita. Namun, bukan berarti kita harus mengalamatkan kedustaan itu kepada dua tokoh tersebut, tidak (!). Mungkin kebohongan dan dusta yang ada dalam suatu riwayat yang didalamnya terdapat salah satu dari Ka`ab dan Wahab itu timbul dari orang lain (bisa terjadi, kan (?). Atau, bisa jadi mereka berdua menukilkan apa  yang diriwayatkannya itu mengambil dari apa yang ada dalam kitab mereka yang mereka berdua yakini kebenarannya, dan mereka berdua tidak tau kebohongan yang ada dalam kitab mereka karena sulitnya membedakan antara yang telah di rubah dan yang belum.

Imam Ibnu Jawziy rh berkata: “ Sebagian apa yang di ceritakan oleh Ka`ab bin Ahbar dari Ahli Kitab terkadang terdapat suatu kebohongan. Namun, bukan berarti Ka`ab ini menerima dan berpatokan terhadap (hadis atau riwayat) yang bohong dan dusta. Bahkan Ka`ab bin Ahbar itu termasuk orang-orang yang terpilih. Begitu pula Wahab bin Munabbah.

Adapun tuduhan Ust. Rasyid Ridha bahwa kebanyakan riwayat tentang munculnya Mahdiy itu sebagai penyebab kerusakan, pertikaian dan fitnah diantara ummat islam. Perpecahan itu muncul karena ada intervensi dari pihak musuh islam sebagai dalang dalam perpecahan ini, bukan murni disebabkan oleh hadis tentang Mahdiy.

Musuh islam tidak hanya terfokus dalam permasalahan Mahdiy saja, melainkan mereka juga mempropaganda hingga masalah yang berhungan dengan kenabian atau bidang akidah. Mereka dengan kesibukannya untuk menghancurkan dan memecah ummat islam, muncul dari pemikiran mereka untuk mengaku-ngaku sebagai nabi.

Permasalahan ini hingga saat ini masih dihadapi oleh ummat islam, sebagaimana yang sedang dihadapkan terhadap ummat islam melalui kelompok Bahaiyyah, Babiyah, Qadyaniyah dan lain sebagainya. Sedangkan ummat islam yakin betul akan telah berakhirnya kenabian semenjak turun dan perpindahan Rasulullah Saw ke hadiribaan Allah Swt.

Maka jelas, bahwa hadis tentang mahdiy itu benar adanya. Bukan semuanya dha`id. Karena banyak ulama yang memasukannya dalamm kelompok hadis shaheh, semisal Imam Bukhari dan Imam Muslim. Bahkan, hadis tentang Mahdiy itu sudah sampai pada taraf mutawattir maknawiy. Sedangkan kebohongan yang dialamatkan terhadap dua perawi hadis, Ka`ab bin Ahbar dan Wahab bin Munabbah itu tidak benar. Mereka berdua tidak mengambil hal yang benar-benar dusta, dan kedustaan itu bukan timbul dari mereka berdua.






[1] . Tulisan Syamsudin, Mahasiswa Ushuludin, Jur. Hadis, Tingkat IV. S. Diambil dari Diktat “Daf`u Syubuhan an Al-Hadis Al-Nabawiy” tingkat IV termin II

Tidak ada komentar: