BUAH JEMARI-Q

Selasa, 24 Juli 2012

TEMPE MENJADI PRIMADONA DI MESIR



Aku baca disebuah berita yang di share melalui Facebook, orang bingung dengan menu buka dan sahur gara-gara temped an tahu sudah sangat jarang ditemukan di pasar-pasar tradisional di Indonesia. Ngedenger itu, aku langsung merinding dengan lifestyle bangsaku sendiri disana. Itu di Indonesia, lain halnya dengan yang di Mesir. Tempe disini menjadi makanan primadona bagi Mahasiswa Indonesia di Mesir (read: Masisir). Di Mesir polusi berwirausaha sudah sangat luas dan terbuka lebar, apalagi setelah adanya seminar yang diadakan oleh kawan-kawan Masisir dengan mengahadirkan pakar otak kanan “Mas Ippho Santosa”.

Banyak sekali kawan-kawan Masisir yang membuka usaha ticketing, traveling, warung makan, jasa pengiriman uang Indonesia- Cairo dan sebaliknya, laundry, krupuk, tempe, tahu dan masih banyak lagi usaha Masisir di Mesir ini. Walau mereka sibuk dengan aktifitas perkampusan, namun semnagt untuk berwirausaha nggak surut. Bahkan, hasil pengamatan sebuah majalah di kancah Masisir menyimpulkan kalau dunia usaha di Masisir ini semakin tahun semakin meningkat. Mereka walau tanpa instansi yang memayungi usaha mereka semua, namun sikap adil dan bijak antar sesame pengusaha berjalan lancar. Akhirnya, aku meilih menggeluti bisnis lain. :) doanya yah!!!

Kembali ke pembahasan tempe. Tempe di Masisir itu sudah sangat lama adanya. Sebelum aku datang ke Mesir ini (Mei 2009 lalu), tempe sudah sangat familier di kancah Masisir. Bukankah kita kenal tokoh Azam dalam film “Ayat-ayat Cinta” garapan Bang Abik itu dia sebagai pengusaha tempe????. Ia, itulah gambaran usaha tempe yang telah ada di Mesir yang dibawa oleh  Masisir. 


Pengusaha tempe Masisir, mendapatkan ragi untuk fermentasi dulunya melalui kiriman Indonesia yang dititipkan melalui temen yang pulang atau berangkat ke Mesir ini. Namun, sekarang sudah sangat banyak sekali jasa pengiriman kargo ala kapal, bahkan ala pesawat. Perkembangannya, sekarang ragi sudah bisa ditemukan dipasar-pasar milik Masisir. 

Dulu, saya sempat mencoba berobservasi untuk memproduksi tempe. Namun, setiap dicoba gagal, gagal, dan gagal terus. Saya nggak  putus asa. Namun, waktu itu saya berhenti sejenak untuk belajar mengamati kesalahan-kesalan kegagalan itu. Ketika saya sedang dalam proses pengamatan, tempe di kawasanku sudah diambil alih oleh kawanku. Alhamdulillah, ucapku. Semoga usahanya lancar, berkah dan bisa ngobatin kangen kami, dengan mengkonsumsi tempe.

Kawan-kawan Masisir yang memproduksi tempe berfariasi frekuensi buatnya. Tergantung permintaan dan lingkungan. Ada yang memproduksi setiap hari, ada yang memproduksi ndawud sehari bikin, sehari nggak dan sebagainya. Tempe disini dibungkus plastic karena lebih efisien, walau daun pisang juga di Mesir ini banyak tersedia.

Kedelai di Mesir ini sangat mudah sekali didapatkan. Harga perkilonya ada yang 5 Le. (Rp. 7.500). kalau belinya dalam jumlah banyak dan di kempung-kampung, bisa seharga 4 Le. Sampai 3 Le. Tempe yang dihasilkan amat sangat berfariasi. Ada yang kualitas kecil, jumbo dan super. Untuk harga tempe  minimal perbungkusnya 1 Le. (Rp. 1.500). Tempe hasil produksi kawan-kawan ada yang di stok oleh rumah makan, adapula yang dijual door to door

Sementara, pengkonsumsi tempe di Mesir yang terbanyak adalah warga Indonseia sendiri. Namun, banyak juga kawan-kawan Asia Tenggara yang menikmatinya, bahkan di warung-warung makan ada orang asing selain dari Asia Tenggara yang menikmatinya, semisal orang Mesir dan lain sebagainya.

Walau tempe di Indonesia trandingnya turun, namun tempe di Masisir ini semakin melejit naik tiap harinya. Kami tak kenal rasa bosan, bahkan yang ada dalam diri kami adalah bangga dan kangen selalu dengan tempe-tempe ciri khas produk tradisional Indonesia.

Tempe bagi kami bukan hanya sekedar bahan konsumsi, melainkan ia sebagai duta bangsa yang selalu kami hargai. Semoga warga Indonesia di Indonesia sana akan lebih mencintai tempe disbanding pitza. Ada statement untuk mengakhiri pembahasan tempe ini “AKU LEBIH SUKA MAKAN TEMPE, DARIPADA MAKAN HUMBERGER

Untuk produksi tahu sendiri di Masisir masih sangat langka. Karena memang tingkat kerumitan dan nggak terlalu tahan lama seperti tempe.

Hari ke- 6 Ramadlan
KAIRO

1 komentar:

Diary_Akhwat mengatakan...

hmmmm,, ralat akhi,, tokoh Azzam adanya di "Ketika Cinta Bertasbih",, heeee