Setelah usai sholat jama`ah ashar di jami` Azhar El-Syareef, biasa Syeikh Imad
setelah berdoa beliau memberitahu kepada jama`ah bahwa setelahnya ada kegiatan
apa, nah saat itu aku sholat di barisan pertama, ku dengarkan dengan seksama
apa kegiatan setelah itu. “Insya Allah setelah ini kegiatan rutinitas tiap
hari ahad setelah sholat asar adalah bacaan alquran yang akan dipimpin
oleh Syeich Mahmud, sehingga bacaannya benar sebagaimana yang telah
diajarkan Allah kepada RasulNya Muhammad Saw., dan semoga kita dijadikan
hambaNya yang mendengarkan dan melaksanakan kebenaran“. kata syeich Imad
sambil mempersilahkan Syeich Mahmud Muhammad Mahmud Ahmad. dan beliau
menyampaikan berita itu memakai bahasa Fushah (bahasa yang sesuai aturan dialek
kaidah bahasa arab) karena beliau tahu jama`ahnya banyak dari kalangan pelajar
apalagi dari pendatang segala penjuru dunia.
Setelah
ku berdoa, ku nyamperin sahabatku yang saat itu mau ikut dauroh tahfidz (kegiatan
hafalan quran) yang diadakan langsung oleh Al Azhar, kutanyakan apakah dauroh
sudah dimulai sebelum ashar, dia menjawab katanya belum dimulai. langsung
kuminta izin ketemenku. aku langsung ngambil posisi untuk mengikuti halaqoh
qiroah bil ghaib itu ( kegiatan membaca quran dengan tanpa melihat mushaf).
Syeikh Mahmud langsung memulai bacaannya yang saat itu sudah sampai di surat
al-a`arof juz 8, saat itu sudah sampai di seperempat yang berbunya “ya ayyuha
al ladzina amanu hudzu zinatakum `inda kulli masjidin….” ayat 31 kalo ngga
salah. Beliau walaupun sudah tua tapi suaranya sangat indah dan saat itu beliau
membacakan dengan qiroaah asyroh, ku amati ternyata beliau sedang
membaca dengan riwayat Warsy. Memang di Mesir tak heran karena konon ceritanya Mesir
bahasa awalnya adalah memakai Warsy. Namun, sekarang telah banyak
memakai Hafsh walau dalam sebagian bahasa mereka masih melekat ke-Warsy-annya.
beliau membaca seperempat Hizb (satu juz terdapat 8 Rubu` (perempat) dan
satu Hizb ada empat rubu`). Setelah beliau kemudian diteruskan oleh yang
lainnya, waktu itu jama`ah berbentuk lingkaran didepan mihrab (tempat
pengimaman). Bacaan diteruskan oleh orang yang berada di sebelah kanan Syeikh
Mahmud, beliau sangat berhati-hati sekali dengan sunat Rasul, hingga
memberikan hak kepada yang kanannya. Kemudian kanannya sebagaimana hadist Nabi SAW.
ku memperhatikan kesemua jamaah yang
mayoritas sudah berumur (tua). Kulihat mereka sangat antusias sekali dan sangat
menikmati indahnya bacaan dari surat cinta Allah SWT itu. “Itulah orang arab”
gumamku dalam hati. Aku sedikit berfikir mengapa?. Dugaan sementara yang aku dapatkan
dari pengamatanku sementara mengatakan bahwa “orang arab sangat sensitif
dengan ayat-ayat Allah dan hadist dari RasulNya”. Itu semua terbukti
karena ketika orang membicarakan tentang shodakoh didalam hutbahnya, langsung
mereka (orang arab) ndatengin Khotib setelah sholat untuk membicarakan shodakoh
yang akan dia keluarkan.
Mungkin
ini yang menjadi inspirasi orang-orang tua di Arab khususnya Mesir ini. Apalagi
didukung dengan Hadist dari Ibnu Mas`ud dari nabi Muhammad SAW beliau berkata: barang
siapa membaca satu huruf dari quran maka baginya satu kebaikan, dan setiap
kebaikan berlipat sepuluh kebaikan, seperti alif lam mim, itu bukan dihitung
satu, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf“.
Hadist itu dikeluarkan redaksinya oleh Imam Turmudzi juga dengan predikat Hasan
Shohih. dan masih banyak lagi tentang keutamaan membaca alquran, seperti yang
dikemukakan oleh Imam Abu Zakariya yahya bin Syaraf Al Nawawy pengarang
kumpulan Hadist yang sistematis secara apik dan dibukukan disebuah buku
karangannya yang bernama riyadl al sholihin. disana beliau mengeluarkan
hadist dari Ustman bin affan dari Rasululloh SAW beliau bersabda: “sebaik-baik
kalian adalah yang belajar alquran dan mengajarkannya”. apalagi
didukung dengan adanya anjuran belajar yang ttak mengenal usia, ibaratnya dari
gendongan mama ampe liang lahat (walau sekarang dah amat kurang tapi lain
halnya dengan di daerah arab). Ku sangat melihat kepekaan dari orang-orang arab
ketika saat itu aku mendatangi sebuah acara di Mesjid sayyidina Husen Ra,. cucu
dari Nabi Muhammad Saw,. yang berlokasi disamping Universitas Al Azhar Cairo,
saat itu ada acara hari lahir Sayyidina Husen dan disana sedang dibacaiin
ayat-ayat suci alquran, mereka setiap seorang qari berhenti dari sebuah ayat
mereka menggema allahu akbar (Allah maha besar) dan akupun ikut merasakan
sentuhan aura yang amat dahsyat dihati ini, itulah kenapa aku mengatakan
kepekaan orang arab masih kental.
Dari
kepekaan itulah aku bisa menjawab kenapa di Indonesia jarang terlihat halaqoh
alquran sebagaimana di Mesir ini. Bahkan seakan slogan alquran hanya sebagai
hiasan telah populer. mungkin itulah yang terjadi di daerah selain arab
dan Indonesia termasuk. Namun, biarlah jangan sekedar sebagai wacana dan
pandangan belaka yang harus kita lakukan sekarang adalah usaha untuk
mengembalikan kepekaan itu hususnya di Indonesiaku.
Mungkin
ini hanya sekedar argumen mentahku, yang tak akan berjalan tanpa rangkulan
kalian, apalagi generasi muda calon ayah dan ibu masa datang. Kepekaan itu
tidak harus kita faham sehingga ada bantahan percuma kita ga faham alquran,
contoh kecil tatkala kita berdoa dengan seorang ulama besar tanpa tahu arti doa
berbahasa arab yang beliau baca, namun tak jarang dari kita bisa meneteskan air
mata. Itu baru dari orang yang kita anggap mulia disisi kita, bagaimana dengan
Zat yang lebih dari itu yaitu Allah Swt,. dan kita sedang membaca atau
mendengarkan ucapanNya. Jadi, unsur pemahaman makna tak aku ambil pusing, yang
aku ajukan untuk masa depan adalah buat lingkungan yang mendukung untuk
menimbulkan kepekaan itu. Semisal, jangan memasang hal yang menimbulkan
malaikat rahmat tak datang diruangan kita, melaksanakan hal positif yang ingin
kita wariskan kepada generasi kita. Dan jangan minder kita ngga hafal dengan
kalam Allah itu, jika kesibukan telah memeped kita. kita masih punya generasi
ayuk siapkan mereka. ibarat pepatah sedia payung sebelum hujan. kita bisa
karena biasa. Wallohu warosuluhu a`alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar