BUAH JEMARI-Q

Sabtu, 14 Juli 2012

Quran Masih Melekat di Arab

Setelah usai sholat jama`ah ashar di jami` Azhar El-Syareef, biasa Syeikh Imad setelah berdoa beliau memberitahu kepada jama`ah bahwa setelahnya ada kegiatan apa, nah saat itu aku sholat di barisan pertama, ku dengarkan dengan seksama apa kegiatan setelah itu. “Insya Allah setelah ini kegiatan rutinitas tiap hari ahad setelah sholat asar adalah bacaan alquran yang akan dipimpin oleh  Syeich Mahmud, sehingga bacaannya benar sebagaimana yang telah diajarkan Allah kepada RasulNya Muhammad Saw., dan semoga kita dijadikan hambaNya yang mendengarkan dan melaksanakan kebenaran“. kata syeich Imad sambil mempersilahkan Syeich Mahmud Muhammad Mahmud Ahmad. dan beliau menyampaikan berita itu memakai bahasa Fushah (bahasa yang sesuai aturan dialek kaidah bahasa arab) karena beliau tahu jama`ahnya banyak dari kalangan pelajar apalagi dari pendatang segala penjuru dunia.
Doc. Pribadi di Mesjid Azhar

Setelah ku berdoa, ku nyamperin sahabatku yang saat itu mau ikut dauroh tahfidz (kegiatan hafalan quran) yang diadakan langsung oleh Al Azhar, kutanyakan apakah dauroh sudah dimulai sebelum ashar, dia menjawab katanya belum dimulai. langsung kuminta izin ketemenku. aku langsung ngambil posisi untuk mengikuti halaqoh qiroah bil ghaib itu ( kegiatan membaca quran dengan tanpa melihat mushaf). Syeikh Mahmud langsung memulai bacaannya yang saat itu sudah sampai di surat al-a`arof juz 8, saat itu sudah sampai di seperempat yang berbunya “ya ayyuha al ladzina amanu hudzu zinatakum `inda kulli masjidin….” ayat 31 kalo ngga salah. Beliau walaupun sudah tua tapi suaranya sangat indah dan saat itu beliau membacakan dengan qiroaah asyroh, ku amati ternyata beliau sedang membaca dengan riwayat Warsy. Memang di  Mesir tak heran karena konon ceritanya Mesir bahasa awalnya adalah memakai Warsy. Namun, sekarang telah banyak memakai Hafsh walau dalam sebagian bahasa mereka masih melekat ke-Warsy-annya. beliau membaca seperempat Hizb (satu juz terdapat 8 Rubu` (perempat) dan satu Hizb ada empat rubu`). Setelah beliau kemudian diteruskan oleh yang lainnya, waktu itu jama`ah berbentuk lingkaran didepan mihrab (tempat pengimaman). Bacaan diteruskan oleh orang yang berada di sebelah kanan Syeikh Mahmud, beliau sangat berhati-hati sekali dengan sunat Rasul, hingga memberikan hak kepada yang kanannya. Kemudian kanannya sebagaimana hadist Nabi SAW.

ku memperhatikan kesemua jamaah yang mayoritas sudah berumur (tua). Kulihat mereka sangat antusias sekali dan sangat menikmati indahnya bacaan dari surat cinta Allah SWT itu. “Itulah orang arab” gumamku dalam hati. Aku sedikit berfikir mengapa?. Dugaan sementara yang aku dapatkan dari pengamatanku sementara mengatakan bahwa “orang arab sangat sensitif dengan ayat-ayat Allah dan hadist dari RasulNya”. Itu semua terbukti karena ketika orang membicarakan tentang shodakoh didalam hutbahnya, langsung mereka (orang arab) ndatengin Khotib setelah sholat untuk membicarakan shodakoh yang akan dia keluarkan.
Mungkin ini yang menjadi inspirasi orang-orang tua di Arab khususnya Mesir ini. Apalagi didukung dengan Hadist dari Ibnu Mas`ud dari nabi Muhammad SAW beliau berkata: barang siapa membaca satu huruf dari quran maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan berlipat sepuluh kebaikan, seperti alif lam mim, itu bukan dihitung satu, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf“. Hadist itu dikeluarkan redaksinya oleh Imam Turmudzi juga dengan predikat Hasan Shohih. dan masih banyak lagi tentang keutamaan membaca alquran, seperti yang dikemukakan oleh Imam Abu Zakariya yahya bin Syaraf Al Nawawy pengarang kumpulan Hadist yang sistematis secara apik dan dibukukan disebuah buku karangannya yang bernama riyadl al sholihin. disana beliau mengeluarkan hadist dari Ustman bin affan dari Rasululloh SAW beliau bersabda: “sebaik-baik kalian adalah yang belajar alquran dan mengajarkannya”. apalagi didukung dengan adanya anjuran belajar yang ttak mengenal usia, ibaratnya dari gendongan mama ampe liang lahat (walau sekarang dah amat kurang tapi lain halnya dengan di daerah arab). Ku sangat melihat kepekaan dari orang-orang arab ketika saat itu aku mendatangi sebuah acara di Mesjid sayyidina Husen Ra,. cucu dari Nabi Muhammad Saw,. yang berlokasi disamping Universitas Al Azhar Cairo, saat itu ada acara hari lahir Sayyidina Husen dan disana sedang dibacaiin ayat-ayat suci alquran, mereka setiap seorang qari berhenti dari sebuah ayat mereka menggema allahu akbar (Allah maha besar) dan akupun ikut merasakan sentuhan aura yang amat dahsyat dihati ini, itulah kenapa aku mengatakan kepekaan orang arab masih kental. 

Dari kepekaan itulah aku bisa menjawab kenapa di Indonesia jarang terlihat halaqoh alquran sebagaimana di Mesir ini. Bahkan seakan slogan alquran hanya sebagai hiasan telah populer.  mungkin itulah yang terjadi di daerah selain arab dan Indonesia termasuk. Namun, biarlah jangan sekedar sebagai wacana dan pandangan belaka yang harus kita lakukan sekarang adalah usaha untuk mengembalikan kepekaan itu hususnya di Indonesiaku.

Mungkin ini hanya sekedar argumen mentahku, yang tak akan berjalan tanpa rangkulan kalian, apalagi generasi muda calon ayah dan ibu masa datang. Kepekaan itu tidak harus kita faham sehingga ada bantahan percuma kita ga faham alquran, contoh kecil tatkala kita berdoa dengan seorang ulama besar tanpa tahu arti doa berbahasa arab yang beliau baca, namun tak jarang dari kita bisa meneteskan air mata. Itu baru dari orang yang kita anggap mulia disisi kita, bagaimana dengan Zat yang lebih dari itu yaitu Allah Swt,. dan kita sedang membaca atau mendengarkan ucapanNya. Jadi, unsur pemahaman makna tak aku ambil pusing, yang aku ajukan untuk masa depan adalah buat lingkungan yang mendukung untuk menimbulkan kepekaan itu. Semisal, jangan memasang hal yang menimbulkan malaikat rahmat tak datang diruangan kita, melaksanakan hal positif yang ingin kita wariskan kepada generasi kita. Dan jangan minder kita ngga hafal dengan kalam Allah itu, jika kesibukan telah memeped kita. kita masih punya generasi ayuk siapkan mereka. ibarat pepatah sedia payung sebelum hujan. kita bisa karena biasa. Wallohu warosuluhu a`alam

Tidak ada komentar: