BUAH JEMARI-Q

Selasa, 14 Agustus 2012

"Surat Kecil Ananda untuk Keluarga, Lebaran Iedul Fitrie ke 3 Tanpa Sungkem di Sofa Keluarga"


Kepada Ytc. Keluarga di Kampoeng Halaman
Dari Ananda
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Rasa hormat ananda kepada semua keluarga, terkhusus Ayah dan Bunda yang tak pernah letih mengiringi dan membimbing perjalanan Ananda mengarungi hidup di dunia ini.
Sudah tiga Ramadhan, tiga lebaran iedul fitrie Ananda nggak duduk satu sofa bersama keluarga, saling sungkem, menunggu Ayah pulang dari Mesjid usai shalat Iedul Fitrie.
Ananda ingat betul, usai bangun untuk shalat malam, menunggu waktu subuh tiba. Bunda meneruskan tugasnya, menyiapkan masakan untuk sarapan dan persiapan suguhan untuk tamu yang datang. Yang lain bergantian mandi. Usai subuh tiba, kami sekeluarga (Ayan, Bunda, dan kedua saudaraku) bergegas menuju pemakaman keluarga yang tak jauh dari Mushala kelompok, hanya 10 meter dari Mushala, dan 20 meter dari kediaman kami.

Di pagi buta, suara burung belum berkicau, embun masih merindu dan berpelukan dengan dedaunan, sederet suara kukuruyuk jago di rumah-rumah ikut menyobek keheningan pagi. Kami sekeluarga dengan membawa bunga mawar dan pandan, sapu lidi, dan 2 lembar tikar, berada dikeheningan dan kedinginan pagi buta, selama sebelum 3 tahun kebelakang. Kaka perempuanku biasanya menyapu, yang lain membantu dengan mencabuti rerumputan liar diatas petilasan keluarga. Pemakaman keluargaku sudah bertambah kabarnya, dulu sewaktu Ananda masih berada di rumah, pemakaman itu terdiri dari makam Kakek dan Nenek dari jalur Ayah, tiga saudara kandungku yang telah meninggal dunia, dua keponakanu yang meninggal ketika masih dalam rahim, dan Nenek dari jalur Bunda. Namun, sekarang telah bertambah satu, Ayah dari saudara jauhku.

Usai membersihkan pemakaman, kami melaksanakan ritual do`a bersama, Ayah yang biasa memimpin, walau Kakaku juga sudah terbiasa. Namun, penghormatan dan kesopanan selalu kami junjung tinggi, kadang ada dua atau lebih yang berhak, namun etika lah yang menjadi pemutus semuanya itu, inilah yang telah ditanamkan Ayah dan Bunda kami. 


Tak jarang, ketika Ayah membacakan do`a, tetesan air mata dari masing-asing kami sebagai penambah aamiinan doa Ayah, apalagi ketika Ayah membacakan do`a yang bersinggungan dengan keluarga, keturunan, dan masa depan kami.

Usai dari pemakaman, kami bergegas ke rumah. Ayah telah menyiapkan amplop sebanyak anggota rumah, amplop itu untuk sedekah di Mesjid. Ananda inget betul, bagaimana Ayah mengajari kami akan arti berbagi. Walau Ananda ingin mengisi amplop sendiri, namun Ayah selalu berkata, “biar uang Ayah ikut di amplop itu, kalo Ananda mau menambah, tambahkan saja!”. Bukan hanya amplop yang Ayah siapkan untuk kami, minyak wangi pun Ayah siapkan untuk kami. Ayah selelu menganjurkan kami untuk mengenakan pakaian berwarna putih. Ananda ingat betul hal ini Ayah.

Usai shalat Iedul Fitrie di Mesjid, kami –selain Ayah- langsung bergegas pulang, tanpa bersalaman dan mampir di rumah tetangga atau saudara yang lain. Karena, kebiasaan kami itu dimulai dari lingkup keluarga rumah dulu.

Ketika yang lain sudah sibuk sarapan dan bersalaman, keluargaku masih sibuk menunggu Ayah pulang dari Mesjid. Kami sekeluarga menunggu Ayah yang merupakan kepala keluarga. Ritual salaman dan saling memaafkan dimulai dari Ibu ke Ayah, kemudian diikuti anak tertua ke Ayah, dilanjutkan ke Ibu, disusul anak ke dua dan seterusnya. Adat kami, biasa memulai dari yang terbesar menuju yang terkecil.

Suasana haru saat sungkeman menjadi suasana tersendiri yang sangat Ananda rindukan. Betapa tidak, Ananda mengungkapkan segala kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan kepada Ayah seta Ibu, kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua, begitupun Ayah dan Ibu memohon maaf ke Ananda, meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan atas memenuhi hak dan menjalankan kewajiban sebagai orang tua.

Hati terasa lega setelah sungkeman itu berlangsung, setelah itu kami sarapan pagi bersama sembari menunggu tetangga yang sedang berkeliling, bersalaman ke semua anggota kampung, sebagai adat lebaran Iedul Fitrie yang merupakan pencarian kefitriean setelah di gembleng di Bulan Ramadhan, dengan bertujuan, semoga dapat menjadikan Ramadhan yang lain di selain Ramadhan.

Semua kenangan itu Ananda rindukan, sangat lekat dalam otak Ananda semua itu. Tiga tahun sudah, Ananda tak berada di sofa tempat sungkeman keluarga. Batin Ananda selalu hadir disana, kelegaan hati yang selalu terindukan. Ananda hanya bisa melewati satelit penghubung lewat udara untuk sungkeman dengan Ayah serta Bunda. Sungguh amat berharga nilai kedua telapak tangan Ayah dan Bunda.

Namun, Ayah dan Bunda tak usah risau nun sedih, do`a Ayah dan Bunda sangat terasa untuk Ananda, jasad boleh jauh, namun batin selalu berdampingan. Apalah arti sebuah jasad, jika batin –ruh- tak bersatu, bukankah batin yang akan dipertemukan di alam sana?, akan membangun istana keluarga yang telah kita bangun di alam fana ini. Ayah, Bunda di lebaran ke tiga ini, Ananda mohon maaf lahir batin, secarik kertas ini menjadi saksi akan rindu, cinta, hormat, kasih sayang, dan kebaktian Ananda terhadap keluarga.

NB: sekarang kami telah bertambah anggota, ada Mbak Ipar, Keponakan, Mas Ipar. Jadi, kami semakin ramai ketika pergi kepemakaman keluara, dan sungkeman. Ananda belum pernah lebaran bersama keponakan, rindu ini dengan senyuman dan panggilanmu M. Arsyad Nabil Rajabi.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Kairo, 14 Agustus 2012/ 26 Ramadhan 1433

Tidak ada komentar: