Al Azhar el jami` wa el jami`ah el eshiel fi eldien

Memang mesir (Egypt) tak terbantahkan semenjak kedatangan presiden barrack obama Visitor yang ke cairo semakin bertambah. Mungkin juga karena wacana islam di dunia barat sudah semakin cerah. Memang dengan banyaknya invasi dan pengucilan terhadap pemeluk islam di daerah yang minoritas, namun itu menjadi pendorong masyarakat non muslim untuk mengetahui kebenaran islam. Semisal pelarangan jilbab di prancis itu mendorong non islam meneliti kebenaran islam. Diantara research mereka adalah dengan mengunjungi bangunan islam yang terkemuka di Dunia dan tempat bersejarah islam dunia. Diantara yang visitor tuju adalah masjid al Azhar Al Syaref.



Masjid Al Azhar Al Syarif setiap harinya pasti ngga kurang dari lima puluh visitor asing, baik dari barat, asia ataupun dari afrikanya sendiri. Masjid Al-Azhar sendiri didirikan pada tahun 970 hingga 972 masehi oleh Jawhar al-Siqilly, penakluk Fatimiyah Mesir. Dinasti Fatimiyyah menamakan masjid ini dengan Al-Azhar sebagai bentuk penghormatan atas Sayyidah Fatimah Azzahra, putri Rasulullah saw. Memang kalau kita melirik terhadap sejarah sejak pertama kali berdiri, masjid Al-Azhar menjadi tempat untuk mengembangkan dan menyebarkan ajaran Syiah Isma’iliyyah karena Mesir pada waktu itu yang dikuasasi oleh dinati Fatimiyyah adalah berfaham Syiah. Al Azhar berpayung syi`ah kurang lebih selama dua periode atau dua ratus tahun.



Setelah tiga tahun berdiri yakni sejak 975 masehi, dinasti Fatimiyyah mulai membuka sebuah universitas yang juga diberi nama Al-Azhar, universitas ini menjadi universitas pertama di dunia lebih tua dari Cambridge atau Oxford.

Pada abad ke 12, Shalahuddin Al Ayyubi mengambil alih kekuasaan Mesir, sejak saat itu kedudukan universitas Al-Azhar yang selama ini menjadi payung Syiah diubah oleh beliau menjadi payung Sunni Syafi’i. Shalahuddin juga menjadi orang pertama yang mendirikan dinasti Ayyubiah di Mesir. Hingga saat ini universitas Al-Azhar menjadi lembaga terbesar di dunia Islam yang tetap teguh menyuaraan faham Sunni. Shalahuddin Al Ayyubi saat itu memberhentikan Al Azhar kurang lebih lima tahun untuk membersihkan aliran syia`ah dari al Azhar, yang kemudian beliau mengumpulkan semua cendekiawan islam sunni untuk mengisi dan mengaktifkan Al Azhar kembali.

Para tourist atau visitor setiap kali memasuki Masjid Al Azhar mereka pasti bertanya tentang sejarah dan ibadah yang dilakukan orang islam disisni, dan tak jarang dari mereka yang ingin diajari dan dipraktekan tata cara shalat. Bagi pengunjung perempuan ketika masuk masjid pasti dianjurkan menutup aurat, dan mereka semua nurut karena mereka ingin mengetahuai kebenaran islam dan kegiatan apa yang dilakukan umat islam.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa orang barat selalu mengucilkan islam dengan menuduh ajaran islam itu menuju terorisme dan sebagainya. Dari kunjungan mereka ke Masjid Al Azhar banyak harapan untuk kebaikan dunia, supaya pemahaman mereka tentang islam tidak salah.



Memang Al Azhar dari semenjak dulu diadakan kegiatan sebagaimana Masjid Nabawi terdahulu yang digunakan sebagai tempat dakwah, pendidikan dan kajian. Begitu pula Al Azhar saat ini mengadakan kegiatan-kegiatan itu. Kegiatan itu di mulai dari sejak pagi sampai setelah isyak, dan kegiatan itu tidak hanya dimotori oleh ulama mesir saja namun juga dimotori oleh ulama non mesir seperti dari Mali. Bahkan dua hari setiap minggu Mufti besar mesir Dr. Ali Jumah mengadakan kajian tafsir alquran al karim di depan mihrab (tempat pengimaman) di dalam Masjid Al Azhar Al Syaref.



Al Azhar memang dari dulu hingga sekarang tetap menjadi nomer satu di muka dunia, setelah Masjid Al haromain dan Bait Al Maqdist. Memang Masjid Al Azhar yang tepat berada di belakang Universitas Al Azhar itu selain setrategis juga suasana sangat mendukung untuk melakukan segala kegiatan positif dari segi Fushul Taqwiyah (bimbingan belajar), diskusi, belajar kelompok, mengahafal dan hanya sekedar untuk sholat