BUAH JEMARI-Q

Sabtu, 28 Juli 2012

Pelajaran Episode 1-8 PPT 6

Para Pemain Para Pencari Tuhan

Film Para Pencari Tuhan (PPT) garapan Produser Dedy Mizwar ini menjadi jamuan terfavorit di kalangan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir). Aku punya 2 fakta untuk itu, pertama: banyak yang Masisir yang ngoleksi file PPT hasil downloadan, bahkan ada yang punya koleksi dari jilid pertama sampai jilid kelima. Kedua; saat PPT Jilid 6 telah tayang di SCTV dan telah di upload oleh salah satu fans PPT, aku memasukan hasil downloadannya ke blogku (goresankecil.blogspot.com), disana yang tadinya pengunjungnya hanya 2 orang dari Kairo, setelah aku masukan PPT kesana langsung melonjak jadi 50-an dan terus bertambah.
Emang PPT selalu dihati Masisir. Aku ingat perkataan Dedy Mizwar ketika disuatu acara “orang mau mengajak baik maka harus pakai cara yang baik dan kata-kata yang baik. Tak boleh mencontohkan kata-kata yang jelak” ujarnya. Aku amati setiap tayangan PPT, emang bener apa yang Dedy Mizwar bilang.

Ini sedikit belajar dari PPT Jilid 6 awal episode satu sampai episode delapan:
Bagaimana kabar Bang Jek yang sedang dilanda cinta dengan ibunya Azam. Namun, diselal-sela itu masalah Juki, Chelse dan barong harus difikirkan juga. Ini bisa diambil titik terang, jika seorang ustadz itu harus memikirkan masalah orang lain. 

Azam dan Aya yang sedang merekrut pegawai baru untuk kantor mereka. Apakah pegawai barunya nanti akan masuk dalam kisahkehidupan mereka seperti Kalila??. Mereka yang status sosialnya selalu diatas juga tetap punya masalah dalam keluarganya. Emang masalah tak memandang status sosial. 

Siapakah calon pendamping yang beruntung mendapatkan Kalila?. Semua orang dibuat penasaran olehnya. “Semoga aja aku” , ngarep dapet yang kaya dia.hehe. Emang masalah calon pendamping ini sering bikin pusing kaula muda. Kadang mereka terjebak dalam kukngkungan cinta yang berujung fatamorgana. Bukankah jodoh itu seperti mati, keduanya sama-sama sudah pasti. Yang belum pasti itu status ketika kita menutupkan mata di dunia ini. Apakah husnul khatimah, atau sebaliknya. Namun, dalam hal terakhir ini manusia jarang yang mengindahkannya.

Ustadz Feri dan Istrinya juga selain sebagai tokoh agama disana, mereka juga merupakah satu dari beberapa keluarga yang berada di kampung. Tak beda dengan lainnya, Pak Feri pun punya masalah perekonomian dalam keluarganya, mungkin karena profesinya sebagai penceramah di TV dilarang oleh Istrinya. Ngomong-ngomong istrinya Pak Feri itu idola dambaan aku. Suatu saat kawanku minta dicarikan cwek kaya Kalila dan Teh Haifa. Hehe. Dalam hati kecilku bilang “wong aku aja mendambakan seperti mereka, dan aku belum punya juga seperti kamu.hehe”

Trio Pak RW (Pak Idrus, Pak Yos, Pak Hakim) yang selalu kompak dalam meraup ambisi untuk mengisi kantong mereka. Ini tak ubahnya seperti orang yang memiliki kewenangan luas namun digunakan dalam hal yang personal, bukan sosial. 

Pak Jalal dan istrinya serta Asrul merupakan potret orang yang mengalami jatuh bangun dalam bidang perekonomian. Bagaimana mereka menyikapi keberadaan dan ketidak adaan mereka. Kalo kita bisa jernih menengok asal kita, pasti akan selalu tenang dalam menghadapi hal seperti Asrul dan Pak Jalan ini dalam kehidupan. Bukankah kita dilahirkan dalam keadaan kosong, kemudian Tuhan menitipkan sesuatu kepada kita yang kelak akan diambil lagi. Jadi asal kosong dan berakhir kosong itu kan real. Asalkan ketika titipan itu ada, manusia itu bisa nggak menggunakannya sebaik mungkin sebelum titipan itu diambil yang punya. 

Kondisi yang ada menggambarkan issue-issue yang sedang marak di Indonesia. Semisal masalah maraknya facebookan disemua kalangan. Ini jadi lading pemikiran Masisir yang jauh dari masyarakat Indonesia. kita harus selalu ikut memantau perkembangan di Indonesia, dan bersiap siaga mengantisipasi problem-problem yang selalu akan panas di masyarakat.

Masalah itu pasti akan selalu ada, tinggal bagaimana kita menghadapi masalah itu. Ada kata kunci semangat gini “jangan laporkan ke Tuhan klo kita punya masalah, tapi bilang ke masalah klo kita punya Tuhan”.

Ini telah aku publish di kompasianaku (28/7)
Salam Hangat Kairo

Tidak ada komentar: